Arti Dibalik Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Indonesia merupakan negara yang kental dengan ritul adat sebagai bentuk penghargaan terhadap apa yang diturunkan dari leluhur-leluhur sebelumnya. Menggunakan adat dalam acara pernikahan merupakan cara untuk tetap melestarikan kebudayaan suatu daerah dan menjaga warisan budaya secara turun temurun. Walaupun saat ini banyak calon pengantin yang memilih konsep modern dalam acara pernikahan, namun masih ada saja pengantin yang menggunakan adat dalam acara pernikahan. 

Tak ada yang salah untuk tetap menggunakan prosesi adat dalam pernikahan. Apa yang dilakukan dalam proses adat mengandung banyak makna positif yang dipercaya bisa memberikan doa baik dalam pernikahan. Prosesi yang panjang dan beurutan menambah nilai sakral dalam sebuah prosesi adat. Prosesi adat yang banyak digunakan di Indonesia adalah prosesi adat Jawa. Terdapat adat suku lain yang digunakan, namun nampaknya prosesi pernikahan dengan adat Jawa merupakan salah satu yang paling sering digunakan. Tak heran, banyaknya jumlah penduduk di Pulau Jawa, pasti akan berpengaruh pada prosesi pernikhannya.

Proses adat Jawa sendiri memiliki rangkaian yang panjang, bisa sampai 3 hari berturut-turut. Prosesi tidak hanya dilakukan saat acara pernikahan, namun sudah dilakukan beberapa hari sebelum pernikahan. Panjangnya rangkaian pernikahan adat Jawa, memerlukan persiapan panjang hingga hari pernikahan tiba. Dalam pelaksanaan prosesi adat, aka nada dua tahapan yang dilakukan, yakni proses adat sebelum nikah dan prosesi adat saat acara digelar. 

Apa saja prosesi dan makna dibalik tiap prosesi adat?

Prosesi Sebelum Menikah

1. Pemasangan tarub, bleketepe, dan tawuhan

Tarub, bleketepe, dan tawuhan merupakan tiga hal wajib yang harus dipasang di rumah mempelai wanita. Tradisi ini bermula dari leluhur raja-raja Mataram, yakni Ki Ageng Tarub yang saat itu menikahkan putrinya Dewi Nawangsih dengan Bondan Kejawan. 

Tarub merupakan atap sementara atau peneduh di halaman rumah, yang dihiasi janur melengkung. Tarub menjadi tanda awal bahwa yang memiliki rumah akan mengadakan hajatan. Bleketepe merupakan anyaman daun kelapa tua yang dipasang oleh oleh orang tua mempelai wanita. Memiliki arti simbolis oleh ayah dan ibu mempelai wanita yang mencerminkan sikap gotong-royong pasangan suami istri. Selanjutnya adalah tuwuhan, tumbuh-tumbuhan seperti pisang raja, kelapa muda, batang padi, janur, yang dipasang di kiri dan kanan gerbang. Tuwuhan bermakna harapan agar calon pengantin memperoleh keturunan yang sehat, beretika, berkecukupan, dan bahagia.

2. Prosesi Sungkeman

Sungkeman merupakan tradisi Jawa yang bisa juga digunakan oleh adat daerah lain. Proses sungkeman dilakukan dengan cara, kedua calon pengantin melakukan sungkeman kepada orang tua masing-masing. Prosesi sungkeman bertujuan untuk meminta doa dan restu dari kedua orang tua calon pengantin. Dengan harapan doa restu dari orang tua dapat mempermudah kehidupan berumah tangga ke depannya. Proses ini akan terasa sangat mengharukan, karena secara tidak langsung, calon pengantin meminta izin untuk menjalankan kehidupan mandiri bersama pasangan.

3. Prosesi Siraman

Siraman menjadi salah satu prosesi adat Jawa yang paling terkenal. Siraman memiliki makna sebagai penyucian diri dengan tujuan ketika memasuki hari pernikahan, kedua calon pengantin dalam keadaan suci lahir dan batin. Siraman dilakukan oleh orang-orang terdekat. Orang tua biasanya menjadi orang pertama yang menyiram sang calon pengantin dengan air khusus, dilanjutkan keluarga terdekat atau yang sudah menikah untuk dimintai restunya. Penyiram ditentukan dalam jumlah ganjil, biasanya tujuh atau sembilan orang.

4. Adol Dawet

Tradisi selanjutnya adalah adol dawet atau berjualan minuman dawet. Berjualan dawet dilakukan oleh kedua orangtua calon pengantin kepada tamu undangan yang hadir saat acara berlangsung. Uang yang digunakan untuk seakan-akan membeli dawet adalah koin dari tanah liat. Tamu memberikan koin kepada orang tua calon mempelai dan orang tua calon mempelai memberikan dawet yang sudah ditaruh di gelas. Adol dawet memiliki maksud bahwa orang tua memberikan contoh kepada calon pengantin bahwa hidup setelah pernikahan harus saling gotong royong.

5. Midodareni

Prosesi terakhir dalam tradisi adat Jawa yang dilakukan sebelum acara pernikahan adalah midodareni. Midodareni diartikan sebagai bidadari. Prosesi malam sebelum melepas masa lajang. Midodareni memiliki harapan sang calon pengantin wanita akan terlihat cantik seperti bidadari pada acara pernikahan. Pada malam midodareni calon pengantin wanita dilarang bertemu calon pengantin pria, karena akan menerima nasehat-nasehat yang berkaitan dengan pernikahan.

Prosesi Saat Acara Pernikahan

1. Prosesi Upacara pernikahan

Kedua pengantin mengenakan pakaian khas adat Jawa yakni pakaian tradisional Jawa dengan warna putih yang melambangka kesucian.

2. Proses Upacara Panggih

Upacara ini adalah waktu temu pengantin, yang memiliki arti kedua pengantin telah resmi menjadi pasangan suami istri. Pada upacara panggih ada banyak prosesi yang dilakukan, seperti berikut ini:

Balangan gantal, kedua pengantin saling melempar gantal atau sirih kepada satu sama lain. Pengantin pria melemparkan gantal ke dada pengantin wanita sebagai tanda bahwa ia telah mengambil hati sang kekasih, dan pengantin wanita akan menujukan gantal ke lutut sang pria sebagai tanda bakti kepada suami.

Ngidak tagan/nincak endog, prosesi menginjak sebutir telur ayam mentah oleh mempelai pria. Prosesi ini memiliki harapan bahwa ia akan mendapatkan keturunan karena keduanya telah bersatu. Setelah itu, pengantin wanita membasuh kaki suaminya sebagai tanda kasih sayangnya.

Sinduran, kedua pengantin dibalut kain berwarna merah putih sembari berjalan menuju pelaminan. Arti prosesi ini  diharapkan akan memberikan keberanian bagi kedua pengantin agar menjalani pernikahan mereka dengan semangat dan penuh gairah.

Bobot timbang, prosesi menimbang kedua mempelai dengan harapan bahwa kedua anak mengetahui bahwa tidak ada perbedaan kasih sayang bagi mereka.

Minum rujak degan, tradisi meminum airkepala. Air kelapa ini dilambangkan sebagai air suci yang dapat membersihkan rohani seluruh anggota keluarga.

Dulangan, prosesi saling menyuapi sebanyak tiga kali sebagai simbol bahwa kedua pasangan akan selalu menolong satu sama lain.

Admin Kece

Admin Kece

Leave a Replay

Sign up for our Newsletter

Menica Indonesia 2021